|
Katanya, perasaan cinta itu bisa tumbuh di mana saja, tak terkecuali di tempat manusia melakukan profesi kesehariannya. Kebanyakan orang menyebutnya cinta lokasi, perasaan mencintai seseorang yang muncul dari kantor tempat ia bekerja. Bagaimana perasaan cinta bisa tumbuh dan kemudian berkembang di antara dua manusia sesungguhnya bukanlah sesuatu yang aneh, bahkan sangat wajar. Hampir setiap hari di luar waktu akhir pekan, kita bertemu dengan rekan kerja yang sama di satu tempat, berawal dari komunikasi interpersonal untuk menyampaikan pesan tentang pekerjaan, lambat laun muncul rasa saling mengenali kepribadian satu sama lain, menemukan kecocokan antara diri sendiri dengan dirinya, hingga kemudian terbit rasa keinginan memiliki dirinya, dan menganggap rekannya lebih dari sekedar rekan kerja. Dibandingkan dengan mencari cinta di perjalanan, keluarga, atau ruang pergaulan sosial lainnya, tempat kita bekerja adalah tempat yang paling mudah untuk menemukan cinta kita sendiri. Memiliki perasaan cinta di tempat kerja memang bukanlah sebuah dosa. Tidak ada pandangan budaya, ideologi, atau agama yang melarang manusia menjalin hubungan cinta dengan lawan jenisnya di tempat kerja. Sebagian manusia yang mengalaminya mendapatkan rasa cinta di tempatnya bekerja yang berakhir dengan manis, yaitu membawa hubungan cintanya lebih lanjut ke pernikahan. Namun bagi sebagian yang lain, cinta yang berawal dari meja kerja menjadi akhir dari karirnya sendiri. Tidak sedikit manusia yang pada awalnya bekerja dengan profesional, terarah, memenuhi komitmen, dedikatif, pada akhirnya menemui titik kehancuran karirnya karena menempatkan perasaan cinta di meja kerjanya sendiri. Bagaimana mungkin bisa memenuhi tuntutan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, jika itu membuatnya harus menghadapi konflik dengan menjaga perasaan dengan rekan kerjanya sendiri. Dan dimanapun manusia bekerja, tentu selalu ada rekan kerja yang menjadi musuh bertopeng teman, yang memiliki ego untuk menjatuhkan siapapun rekan yang tidak mereka sukai. Bagi seseorang yang memiliki mentalitas kuat menghadapi gangguan sosial di tempatnya bekerja, mungkin godaan untuk mencintai rekannya adalah sesuatu yang ia ketahui menjadi pantangannya dan ia mampu untuk teguh mematuhi pantangannya itu. Namun sebaliknya, bagi mereka kaum profesional yang polos memandang politik di tempat kerja, mencintai rekan kerja sendiri bisa menjadi candu yang di kemudian hari menjatuhkan dirinya dalam rasa sakit hati, dikhianati, dijatuhkan, dihancurkan karirnya, kehilangan tempat kerja, bahkan ada yang hidupnya berakhir karena itu. Cinta yang seharusnya manis dan memberikan motivasi untuk bekerja dari seseorang yang paling dikasihi dan dekat dengan dirinya, berakhir dengan cinta tragis. Seperti yang diceritakan pada bagian sebelumnya, bahwa dalam lingkungan kerja di manapun dan kapanpun, setiap manusia pasti akan mendapat musuhnya sendiri, yang menjadi tantangan atau masalah bagi siapa saja yang terjun dalam lingkungan kerja. Karena rasa permusuhan memiliki satu sifat yang sama dengan rasa pertemanan dan cinta, yaitu membuat seseorang tanpa sadar mencampurkan perasaan pribadinya dengan profesionalisme kerja, dan itu adalah kesalahan besar bagi siapapun tak peduli bidang profesi apa yang menjadi tanggung jawabnya. Permusuhan pribadi di tempat kerja yang biasanya berawal dari persaingan antar pekerja untuk menjadi insan perusahaan yang lebih baik dari rekannya, sangat mungkin menjadi alasan bagi seorang antagonistik di tempat kerja untuk menjatuhkan rekannya yang tidak ia sukai, dan memanfaatkan hubungan cinta internal yang sedang dijalani lawannya. Entah cara apa yang digunakan, seperti menjebak lawannya seakan – akan melakukan skandal atau pelecehan seksual, mendorong lawannya untuk melakukan perbuatan seksis, menghasut lawannya dan kekasihnya hingga terjebak pada konflik asmara yang kelak akan menghancurkan karirnya, atau menggunakan hubungan dekat dengan atasan agar lawannya atau kekasihnya dikeluarkan dari tempat kerja tanpa alasan objektif. Tidakkah itu kejam, perasaan cinta di tempat kerja bisa membawa manusia pada kekalahan yang tidak sepantasnya ia terima. Cinta di tempat kerja itu seperti kotak pandora, jangan pernah menyentuhnya atau sedikit saja manusia membukanya, maka ia akan menghadapi berbagai hal – hal buruk yang jeluar dari kotak itu. Dan sebagian korporasi atau entitas usaha yang lebih kecil menyadari adanya bahaya di balik potensi konflik interpersonal karyawan tersebut, sehingga mereka menarik garis tegas dalam bentuk peraturan tertulis bahwa dilarang hukumnya antar pegawai menjalin hubungan cinta pribadi, atau jika mau diteruskan ke jenjang pernikahan maka salah satu pegawai harus keluar dari entitas kerja tersebut. Mengesampingkan perasaan cinta dan kasih pada rekan kerja dalam kehidupan profesional memang terdengar tidak humanis, tapi sebagaimana pentingnya untuk tidak menanamkan rasa balas budi ataupun menyimpan rasa dendam dalam bekerja, itu adalah bagian dari etika profesi yang perlu ditanamkan pada diri sendiri. Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |