Tuhan, aku percaya Engkau pasti membaca tulisan yang kubuat dalam catatanblog ini, dan aku yakin Engkau pun memahami diriku yang sesungguhnya sebagai salah satu dari manusia ciptaan-Mu. Tuhan, seluruh manusia pada dasarnya memiliki naluri untuk menyadari eksistensi-Mu, mengakui-Mu, dan beriman pada diri-Mu, tetapi mengapa Engkau menciptakan kami dalam perbedaan agama? Mengapa Engkau menciptakan manusia yang lahir dan tumbuh dengan agama dan keyakinan berbeda, ada pula manusia yang meyakini eksistensi-Mu namun memilih untuk tidak memeluk agama apapun, atau bahkan memilih untuk tidak mengakui eksistensi-Mu dan tidak memeluk agama apapun, yang pada akhirnya menimbulkan konflik tak berkesudahan diantara sesama umat manusia? Tuhan, aku telah melihat dengan mata kepalaku sendiri di dunia nyata ini, bahwa ada begitu banyak manusia yang menspesialisasikan dirinya sendiri dengan menggunakan agama yang diyakininya bersama dengan umatnya, hingga melakukan intimidasi dan diskriminasi terhadap manusia lain yang tidak dapat atau tidak berkehendak untuk mengikuti jalan yang dijanjikan agama mereka. Celakanya, dalam satu umat beragama yang sama, satu perbedaan kecil antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dari agama yang sama dapat menimbulkan konflik dan pengucilan satu sama lain diantara keduanya. Tuhan, aku tidak tahu entah ada sekian banyak konflik yang dilakukan manusia dengan menggunakan nama-Mu, tapi aku tahu, bahwa akan terus ada manusia yang melakukan konflik ini atas nama diri-Mu dengan menggunakan agama yang beragam dan keyakinan yang berbeda-beda pula. Sungguh, agama telah banyak dianggap menjadi salah satu faktor yang menciptakan konflik antar umat manusia, selain suku, ras, gender, negara, budaya, ilmu, ekonomi, dan ideologi. Tuhan, apakah ini memang kehendak dari-Mu? Betapapun banyak dan kroniknya konflik atas nama keyakinan bernama “agama” yang dilakukan manusia-manusia ciptaan-Mu, aku masih tetap meyakini, bahwa sesungguh-Nya Engkau telah merencanakan yang terbaik untuk umat manusia. Tuhan, aku percaya bahwa sesungguhnya Engkau menciptakan manusia itu sama, namun apakah benar bahwa kemuliaan dan kebaikan manusia dinilai berdasarkan agama yang mereka yakini? Apakah seorang manusia dosa jika ia dilahirkan dari orangtua yang memeluk satu agama yang manusia lain anggap adalah agama yang salah, sementara ia tidak mengetahuinya? Aku percaya bahwa Engkau mustahil bersifat rasis dan diskriminatif, seperti halnya yang dilakukan manusia-manusia ciptaan-Mu di dunia nyata ini. Apakah kemuliaan manusia diukur dengan mengikuti agama secara fanatik tanpa toleransi, yang kemudian membentuk sektarianisme, lalu melakukan tindakan rasisme pada pemeluk agama dan kepercayaan lain? Tuhan, aku mengerti, bahwa dengan segala keterbatasaan yang kumiliki, aku tidak akan menemukan jawaban yang memuaskan diriku, namun aku percaya pada-Mu, bahwa apa yang terjadi pada umat manusia dengan konflik atas nama keyakinan pada diri-Mu yang berbeda adalah warna lain dari kehidupan dan peradaban manusia, yang tujuannya hanya dapat diketahui-Mu. Mungkin apa yang kusaksikan pada kehidupan ini adalah jawaban dari-Mu untuk pertanyaanku yang ada pada catatan ini.
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |