|
Manusia itu mengejar mimpi dalam sebagian rentang hidupnya. Mimpi – mimpi itu muncul dari berbagai alasan dan motif dalam diri seorang manusia : Perasaan menemukan suatu tujuan, hasrat untuk memiliki, keinginan untuk mempersembahan sesuatu pada orang lain dan kelompoknya, atau apapun itu, mimpi pada dasarnya membangkitkan semangat hidup manusia dan membuat manusia itu berusaha menemukan arti hidup mereka sendiri.
Ketika di awal usaha menggapai mimpi, manusia memasuki masa – masa bulan madu dalam mimpinya : Penuh harapan – harapan yang tidak membumi, ekspektasi segera terwujudkan, dan keyakinan bahwa mimpi yang akan mulai direngkuhnya pasti adalah yang terbaik untuk dirinya. Banyak manusia yang berada pada saat – saat ini, terlena dan tidak menyadari bahwa akan ada berbagai hambatan, rintangan dan cobaan yang menguji kesungguhan dirinya untuk memperoleh cita – cita itu. Melewati masa bulan madu menggapai impian, manusia pasti akan memasuki masa – masa ujian, saat dimana kesungguhan, kerja keras, kreativitas, komitmen, kesabaran, dan kesetiaan manusia dalam mewujudkan impiannya diuji melalui serangkaian permasalahan yang tidak bisa diprediksi oleh dirinya sendiri. tidak seluruh orang yang bermimpi, mampu melewati masa yang berat ini dengan baik. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya memilih untuk menyerah atau mencoba merajut impian yang baru, seperti artis yang meninggalkan pembuatan satu lagu di tengah – tengah untuk membuat lagu lain yang ia rasa lebih mudah untuk ia ciptakan. Sayang sekali, padahal Tuhan seringkali memberikan titik terang menuju penggampaian impian yang lama dinanti pada saat manusia berada di ambang keputusasaannya. Untuk manusia – manusia yang gagal memperoleh impiannya, mungkin akan mendapatkan salah satu dari dua kesan yang berbeda : Penyesalan atau rasa syukur. Bagi manusia yang merasa bersyukur ketika impiannya gagal dicapai, mereka sudah berada dalam tahap memahami dan menerima bahwa sesuatu yang ia impikan itu bukan untuknya. Bagi manusia yang menyesali kegagalannya memperoleh impian, menunjukkan bahwa dirinya sesungguhnya masih terobsesi akan impian lamanya walau kondisinya jelas tidak memungkinkan lagi baginya untuk meneruskan perjalanan mencapai impian itu. Tidak ada yang benar – benar salah atau benar dalam menyikapi kegagalan impian, masalahnya hanyalah apakah setelah menemukan kegagalan ini, manusia mau bangkit dengan asa yang baru atau terus larut dalam keterpurukan. Sebaliknya, bagi manusia yang berhasil menggapai impiannya, mungkin akan mendapatkan salah satu dari kesan yang berbeda pula : Ekspresif atau kalem. Bagi manusia yang mengungkapkan perasaannya dengan ekspresif ketika memperoleh impiannya : histeria atau mengharu biru, ia merasa bahwa seluruh orang harus tahu dengan pencapaiannya, memamerkan keberhasilannya menjadi sebuah keharusan dan ia mengharapkan apresiasi dari mereka. Tetapi bagi manusia yang memperoleh impiannya dengan kalem, ia tidak merasa perlu memamerkan keberhasilannya pada orang lain, mungkin ia malah cenderung menyembunyikan pencapaiannya dari perhatian banyak orang dan hanya segelintir orang yang tahu. Baginya, satu kesuksesan hidup hanyalah bagian kecil dari kehidupannya yang panjang, dan masih ada bagian lain dalam kehidupannya yang lebih berharga. Lantas, untuk apa mengekspresikan kebahagiaan itu secara berlebihan? Hidup, memang penuh dengan mimpi. Hidup adalah cerita tentang mimpi, dan cerita tentang bagaimana manusia menggapai impiannya masing – masing.
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |