|
Hampir tiga tahun berjalan lamanya aku menuliskan pikiran dan ide dalam blog ini, namun selama itu pula aku tidak menemukan kepuasan yang sesungguhnya dalam menulis. Aku membaca kembali tulisan – tulisan yang ada di blog ini, semuanya hanya menyiratkan kegamangan dan ketakutan terhadap apa yang aku hadapi dalam kehidupan sosial yang kujalani. Nafas kemanusiaan, universalisme, dan kebebasan spiritual yang menjadi inti tulisanku sejak sepuluh tahun lalu seakan hilang entah ke mana, hingga pada beberapa hari kemarin sebelumnya aku menemukan kesadaran, bahwa penulisan pikiran yang seperti ini tidak baik diteruskan. Aku harus lebih berani dan percaya diri dengan apa yang kutuliskan di blog – ku sendiri, karena hanya disinilah aku bisa menuangkan ide, pikiran, dan isi hati yang tidak bisa diekspresikan kepada orang lain secara langsung dalam kehidupan nyata, sekaligus memberikan kesempatan kepada dunia untuk membacanya. Kusadari bahwa tulisanku yang selama ini mengambang dan penuh dengan kalimat – kalimat yang mengandung kiasan yang sulit dipahami benar oleh banyak orang, karena aku menulis dengan hati gelisah seakan – akan ada orang lain yang membaca tulisanku dengan intens dan di dunia nyata menjadi sosok yang mengganggu kehidupanku. Padahal sebelum aku kehilangan ruh dalam menulis, aku selalu menulis ide dan pikiran apapun dengan terbuka tanpa merasa perlu “menaruh” filter dalam tulisan – tulisanku. Ya, memang dengan usia dan profesiku yang sekarang, tidak bijaksana jika aku menulis apapun tanpa batasan etika, tetapi menulis dengan perasaan takut dan “menjaga kesopanan” menjadikan tulisanku tanpa makna dan tujuan. Tulisan yang diciptakan dengan keadaan hati seperti itu laksana angin semilir yang dirasakan orang sesaat namun kemudian cepat dilupakan, tidak mencerminkan kepribadianku yang sesungguhnya. Tulisan tanpa makna, seperti manusia tanpa jiwa, ia tidak akan menjadi pesan yang bermakna untuk banyak orang. Tulisan itu harus memberikan makna untuk manusia yang membacanya, tak peduli siapapun dia. Menulis bukan untuk menyenangkan semua orang, tapi untuk menunjukkan ide dan tujuan yang ingin disampaikan penulisnya sendiri. Maka sejatinya, wajar jika ada yang mengatakan bahwa menulis adalah bentuk perlawanan, atau pemberontakan. Maka tidak ada alasan untuk menyembunyikan terlalu banyak dalam tulisan. Menulis adalah melawan. Melawan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai – nilai kebenaran yang hakiki. Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |