|
Pada hari ketika aku mengetikkan tulisan ini, usiaku sudah menginjak kepala tiga, masa di saat manusia memasuki pertengahan paruh hidupnya, atau jika aku dikaruniai umur panjang, mungkin saja sepertiga dari masa hidupku. Di usiaku yang sekarang, aku memang sudah bisa dikatakan tidak muda lagi, walaupun belum memasuki usia tua. Tapi aku menyadari, bahwa jatah umurku tidak terlalu banyak lagi, dan aku harus memanfaatkan sisa umurku yang ada untuk melakukan hal apapun yang lebih baik dari apa yang aku perbuat pada hari ini dan kemarin. Satu hal kecil yang biasa ditanyakan orang lain padaku adalah, mengapa aku tetap terlihat seperti aku di masa lalu, seakan keadaan fisikku tidak ada yang berubah banyak, padahal aku tidak pernah memikirkan apalagi berusaha bagaimana caranya agar aku tetap tampak menjadi seperti diriku yang sekarang. Tidak ada keinginan untuk menjadi tetap awet muda, apalagi tetap tampak menjadi seperti anak dan remaja. Jika aku perlu memberikan jawaban untuk pertanyaan semacam itu, mungkin karena aku tetap menjaga kesukaan pribadiku, tetap melangkah menuju cita – cita yang kuinginkan walaupun nampak mustahil untuk diraih pada hari ini, menyayangi alam dan hewan, dan tetap berusaha menjadi orang baik sekalipun aku sadar aku hidup di tengah – tengah banyak manusia yang memiliki berbagai kepribadian dan niat untuk memperoleh sesuatu. Aku mengambil satu contoh dari kehidupan sosial yang kujalani saat ini, berperan menjadi pegawai perusahaan negeri, yang memberiku penghidupan cukup namun membuatku berhadapan pada tantangan persaingan kerja dengan rekan kerjaku sendiri. Dengan pengalaman sekian tahun aku menjalani profesi ini, aku menjadi paham bahwa banyak rekan di sekitarku yang berusaha menaikkan jenjang karirnya. Usaha dan persaingan yang mereka jalani seringkali membuat mereka melupakan sisi kemanusiaannya dengan mencari perhatian dan penilaian yang baik dari atasan di tempat kerja, menjatuhkan nilai dan karakter rekan kerja yang tidak disukai atau dianggap menjadi penghalang kesuksesan, atau bahkan mencurangi proses kerja mereka sendiri. Di saat aku menyaksikan banyak perilaku yang ditunjukkan rekan kerjaku sedemikian rupa, aku tetap menanamkan prinsip bahwa aku ada di tempat aku bekerja sekarang karena untuk melayani orang lain dan mencukupkan hidupku untuk sekarang dan masa depan. Tentang peluangku mendapatkan kenaikan karir atau semacamnya, bagiku hanyalah bonus semata, karena di balik perolehan jabatan yang diraih seseorang, sesungguhnya ia telah memperoleh beban dan tanggung jawab yang semakin berat di samping kenaikan jaminan kesejahteraan yang ia cari saat itu. Menjadi penyayang hewan dan alam yang baik. Aku memang hidup di zaman yang menjunjung kemajuan teknologi, di mana materialisme dan ilmu pengetahuan, tanpa disadari atau diakui oleh banyak orang, telah menjadi “agama” baru bagi mereka. Tolak ukur keberhasilan manusia dinilai dari seberapa mampu ia menguasai teknologi, memiliki gadget tercanggih, atau memiliki suatu benda mewah apapun yang membuatnya dapat diakui sebagai bukti keberhasilan hidupnya. Memang ada masanya aku terjebak dalam gaya hidup yang berorientasi pada kebendaan dan teknologi seperti itu, mungkin hingga sekarang, tapi sampai hari ini pun aku masih aku yang menyukai pemandangan gunung, hutan dan pantai, juga tidak bisa menyiksa hewan. Ketika aku berada pada titik jenuh menghadapi manusia di lingkungan kerja dan sosial sehari – hari, aku mendapatkan perasaan lega kalau bisa mengelus – elus anjing peliharaanku, atau menyentuh hewan – hewan jinak yang ada di alam bebas. Apa yang dimakan manusia, mencerminkan kepribadiannya pula. Aku suka makan makanan enak, sejak kecil hingga sekarang. Memang benar, makanan yang enak seringkali adalah makanan yang tidak sehat, namun bisakah kita hidup dengan hanya memakan sesuatu yang sehat tanpa memikirkan kebahagiaan mengecap makanan enak di lidah? Memang di satu sisi, saat ini aku sudah harus mengerem kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis dan berlemak tinggi, tapi di saat aku sudah mencoba memakan makanan yang sehat dan berserat, aku memberi penghargaan pada diriku sendiri dengan memakan makanan enak yang bahkan sudah aku sukai sejak kecil dulu. Apabila kita bahagia dengan apa yang kita makan, maka jiwa kita pun akan turut menjadi bahagia karenanya. Begitulah caraku menjalani hidup dengan tetap menjaga kemudaanku. Memang umurku semakin berkurang, fisikku pun tidak semuda dulu lagi, tapi menjaga diri untuk tetap menjadi seperti anak kecil adalah caraku menjalani hidup yang Tuhan berikan padaku sampai saat ini. Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |