|
Negeri berpredikat Matahari Terbit bukanlah negeri yang asing bagiku, karena negeri itu sudah dekat dengan kehidupanku sejak aku masih kecil hingga sekarang, dan aku masih tetap mengidolainya sama seperti dulu, kadar kekagumanku pada – Nya tak pernah hilang meski terkadang naik – turun dalam memperhatikannya sudah menjadi hal yang biasa. Seperti predikat yang diberikannya dari bangsa lain, Negeri Matahari Terbit memang kenyataannya menjadi sumber inspirasi bagi banyak bangsa lain, mempesona di balik ketersembunyiannya di antara negara – negara yang lebih besar, dan menyimpan banyak hal – hal besar di balik etos sosial dan kultur manusianya yang enggan menonjolkan diri. Bangsa ini memang bukan bangsa inventor jenius yang biasa menemukan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, namun bisa membuat apa yang dibuat oleh bangsa lain menjadi suatu karya yang lebih apik dari aslinya. Apa saja yang diciptakan oleh tangan – tangan tekun bangsa ini, selalu dibuat dengan makna mendalam dan menekankan pada kesempurnaan. Bangsa yang lebih menghargai proses daripada hasil, begitulah kebanyakan analis budaya dan sosiologi menggambarkan bangsa ini. Uniknya, meskipun arus budaya bangsa lain yang berorientasi pada hasil dan kecepatan kerja sangat mendominasi etos kerja dan budaya masyarakat dalam ruang lingkup global, masyarakat Negeri Matahari Terbit seakan tetap bersikeras dengan pandangannya tentang keindahan sebuah proses. Hasil yang sempurna bagi bangsa ini, menjadi tidak ada nilainya apabila diperoleh dengan proses yang tidak jujur, keluar dari pedoman, tidak harmonis, dan melanggar etika yang berlaku. Hasilnya, kita bisa melihat banyak karya bangsa ini yang dapat terus dipakai dan dirasakan hingga sekarang, sekaligus juga dikenang dalam sejarah. Betapapun sempurnanya dedikasi negeri ini untuk dunia, Dia bukanlah negeri dewa seperti yang yang menjadi kepercayaan spiritual bagi manusianya. Matahari menyinari manusia dan alam di dunia pun tidak hanya menghidupkan mereka, namun juga menimbulkan bencana kekeringan dan kelaparan di beberapa bagian di muka bumi, pun begitu bagi negeri ini. Sejarah membuktikan bahwa sejak dulu hingga hari ini pun, Matahari Terbit tidak lekang nalurinya untuk mengekspansi kebebasannya menjadikan bangsa lain bergantung pada – Nya. Lebih dari tujuh puluh tahun lalu, Negeri Matahari Terbit menggunakan kekuatan militer untuk membuktikan kemampuannya pada dunia, yang kemudian mengubah negeri ini dari sebuah negeri kepulauan kecil yang tertutup menjadi Kerajaan Agung yang memiliki kekuasaan hampir di seluruh benua tempatnya berasal. Negeri ini seperti berada dalam kondisi mabuk kemenangan, menganggap dirinya layak menjadi idola untuk bangsa satu rumpunnya sendiri dan menjadi monster bagi Bangsa Barat yang sudah lebih dahulu bertindak sebagai penjajah untuk bangsa lainnya di planet ini. Negeri Matahari Terbit yang berubah menjadi arogan dan jumawa ini pun tidak perlu waktu lama untuk merasakan karma dari Tuhan bahwa betapa pedihnya diinjak martabat diri oleh bangsa lain. Ketika dua bom atom dijatuhkan di tanah air bangsa ini, negeri ini hanya punya waktu beberapa hari sebelum menyatakan diri untuk menyerah. Kejayaan dan kemegahan Agungnya Matahari Terbit habis tertiup oleh angin bom atom, dan sejak saat itu bangsa ini pun dipaksa oleh keadaan untuk berubah menjadi bangsa yang menganut pasifisme, bagaikan seorang samurai yang membuang pedangnya untuk membersihkan tangannya yang sudah terlanjur bermandikan darah dari musuh maupun korban kekejiannya di masa lalu. Zaman kemudian berganti, bangsa ini perlahan berusaha mengubah citra dirinya dari bangsa penjajah menjadi bangsa yang mempromosikan kedamaian termasuk bahaya bom atom, sambil mengubah segala industri dan teknologi yang dimilikinya dari pembuat senapan mesin dan senjata lainnya menjadi pembuat alat elektronik dan kendaraan. Matahari terbit yang belum lama tenggelam oleh kekalahan di medan perang itu pun kemudian kembali terbit menjadi bangsa yang kembali dikagumi, kali ini dengan konotasi positif. Negeri ini menyinari kembali dunia dengan segala ide, inovasi, pemikiran, teknologi, ilmu pengetahuan, dan karya seni yang bahkan tidak pernah dibayangkan sendiri oleh bangsa ini sebelumnya. Bagaimana mungkin bangsa kecil yang hancur oleh bom atom itu bisa kembali berdiri tegak di atas panggung dan memancarkan pesona yang belum pernah terlihat sebelumnya. Mungkin memang ada benarnya jika bangsa ini adalah representasi matahari, seakan Tuhan menciptakan negeri Matahari Terbit pada saat Tuhan sedang serius. Dan, waktu terus berjalan di dunia yang tidak pernah berhenti berputar ini, mengubah apapun yang ada di dunia, dan Negeri Matahari Terbit bukanlah suatu pengecualian dari perubahan tersebut. Seiring dengan banyaknya pencapaian yang telah direngkuh oleh bangsa ini, Matahari Terbit pun kini seakan berada pada posisi tengah hari, yang secara hukum alam akan membuatnya bergerak perlahan kepada sisi bumi yang lain, atau dengan kata lain, kini matahari itu mulai bergerak menuju posisi terbenam apabila dilihat oleh mata manusia. Ada banyak hal yang membuat Matahari Terbit mulai kehilangan pancaran cahayanya, yang bisa disaksikan dengan menurunnya populasi masyarakat bangsa ini, keengganan generasi mudanya untuk melanjutkan kemajuan yang telah dibuat oleh generasi pendahulunya, masyarakat yang kian menggunakan teknologi untuk memudahkan hidup dan secara terproses membuat bangsa ini kian malas menggunakan otak dan raganya, hilangnya nilai – nilai spiritual yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dengan materi dan teknologi yang telah dikuasai bangsa ini, dan beberapa hal lain yang mengindikasikan Matahari Terbit itu seperti manusia yang berjalan tanpa tujuan dan tinggal menunggu datangnya kematian itu. Di satu sisi, nilai – nilai perdamaian dan pasifisme yang dianut bangsa ini untuk menghapus masa lalunya yang penuh dengan darah, kini seakan mulai luntur. Arah politik luar negeri Matahari Terbit yang bisa dibaca di media massa maupun jurnal penelitian ilmu sosial kian menunjukkan, bahwa negeri ini seakan menemukan kembali naluri alaminya sebagai bangsa penjajah yang suatu saat akan membuka kotak pandora berisi pedang samurainya sendiri. Sejarah membuktikan, bahwa manusia di belahan dunia manapun akan selalu mengulangi dosa – dosa yang telah dibuat oleh para pendahulunya, dan bangsa ini pun lagi – lagi bukan sebuah pengecualian. Entah siapa yang tahu, kecuali Tuhan, bahwa suatu saat Negeri Matahari Terbit akan mengulangi kembali dosa yang sama pada dunia dengan wajah dan kekuatan yang tidak jauh berbeda dengan di masa lalunya. Pada saat ini pun aku bertanya, apakah bangsa yang sangat kukagumi itu benar – benar belajar dari masa lalunya yang kelam, keji, dan berlumur dosa. Tidakkah penderitaan yang muncul akibat dari bom atom itu cukup untuk menetralisir naluri agresif dan menguasai yang diam – diam tertanam di benak bangsa ini. Maka dari itu, mungkin ada benarnya bahwa matahari itu eksis dengan membawa berkah sekaligus bencana bagi manusia. Ia menyinari manusia untuk memberikan kehidupan pada manusia, namun di sisi lain matahari dengan kekuatannya bisa mengakhiri peradaban manusia dengan melelehkan raga mereka. Kepada Negeri Matahari Terbit yang kupercaya, seperti apapun diri – Mu, aku tetap menghormati dan mengagumi – Mu dengan segala apa yang Engkau miliki. Semoga suatu saat, pada saat aku sudah bisa menjejakkan kakiku di tanah dan air – Mu, Engkau tetap menjejak ke bumi dan tidak mengkhianati khitah sebagai sumber cahaya bagi yang lain. Hari ini, sambil merayakan Hari Kemerdekaan Negeriku sendiri, aku turut mendoakan - Mu sebagai Hari Awal Kebangkitan Kembali bagi - Mu. Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |