|
Lidah memang tak bertulang, begitu pepatah berkata. Pun lidah manusia salah satunya. Namun, meski tak bertulang, lidah memiliki keistimewaannya sendiri dibandingkan organ tubuh manusia yang lain. Sebagai indera pengecap, lidah membuat manusia mampu mengenal terhadap rasa makanan. Lidah manusia memang bisa mengatakan kebohongan, namun tidak terhadap cita rasa makanan. Rasa makanan, adalah sesuatu yang jarang dipikirkan esensinya oleh kebanyakan manusia, padahal rasa itu selalu ada pada saat manusia mengkonsumsi makanan dan minuman, entah tujuannya hanya untuk sekedar mempertahankan hidupnya atau melakukannya demi sebuah gaya hidup. Rasa makanan adalah tentang keberagaman manusia, karena setiap manusia memiliki kesukaan dan tanggapan terhadap rasa yang berbeda – beda sesuai dengan seleranya sendiri. Tidak pernah ada satu pun jenis rasa yang bisa disukai semua manusia, ada satu rasa yang disukai seseorang, ada yang ditanggapi biasa – biasa saja, dan ada yang membencinya seakan – akan rasa itu meracuninya. Citarasa makanan itu sesuatu yang sederhana namun eksis setiap kali kita memakan sesuatu, dan mencerminkan kepribadian manusia itu sendiri. Makanan yang menjadi sumber dari cita rasa itu pun tidak kalah menarik sebagai objek pemikiran. Makanan bukan sekedar ada untuk memenuhi kebutuhan perut manusia dan memberinya energi, lebih dari itu makanan ada sebagai artefak peradaban manusia dan wujud kebudayaan manusia yang eksistensinya tidak termakan oleh zaman, selama masih ada lidah manusia yang menyukainya. Setiap makanan diciptakan unik mengikuti kebiasaan, adat – istiadat, ketersediaan bahan baku dari alam, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dari manusia yang menciptakannnya. Makanan dari Daratan Asia pada umumnya memiliki cita rasa yang kuat karena kandungan bumbu yang berasal dari rempah – rempah yang hanya bisa dikembangkan di daerah tersebut, namun tak sedikit pula makanan khas Asia khususnya dari Asia Timur Jauh dan Tenggara yang jernih karena diracik dengan lebih sedikit atau tanpa rempah – rempah, minyak, dan komposisi penambah rasa lainnya. Sementara di belahan Eropa, makanan yang pada umumnya dibuat dari gandum sebagai bahan dasarnya, tidak memiliki cita rasa yang tajam di lidah, bahkan sebagian dari makanan khas Eropa sama sekali tidak memasukkan unsur rempah – rempah ke dalam racikan makanan, namun disitulah makanan Eropa menciptakan ciri khasnya sendiri. Lebih jauh mendalami bagaimana makanan diracik di suatu daerah, yang menunjukkan kekhasan daerah itu sendiri, makanan juga mencerminkan adat dan budaya yang dianut manusia. Adalah suatu kemustahilan jika makanan diciptakan tanpa makna meskipun yang memasaknya hanya memikirkan bagaimana agar makanan yang dibuatnya layak dimakan manusia lain. Ada nilai kemanusiaan dalam sepiring makanan, yang tidak akan pernah ditemukan antara makanan yang satu dengan makanan yang lain. Seorang koki bisa saja meniru sebuah masakan hasil karya gurunya, namun cita rasa makanan buatannya tak akan pernah persis sama dengan makanan karya gurunya. Pun sebuah makanan, bisa dipersepsikan berbeda oleh manusia yang memakannya pula. Makanan yang terasa enak bagimu, belum tentu menjadi enak di lidahku, begitu pula sebaliknya. Kepribadian dan keterampilan memasak seorang koki tercermin dari masakannya, pun kepribadian dan minat seseorang secara universal juga dapat dilihat dari apa yang ia makan. Makanan yang tampak sederhana dalam kehidupan sehari – hari, entah disikapi dengan mensyukuri atau menyia – nyiakannya, memiliki banyak cerita. Ada cerita dalam sepiring makanan, cerita tentang manusia, yang memiliki makna dan hakikatnya sendiri – sendiri. Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |