|
Ada masa ketika kita memulai sesuatu yang menjadi cita – cita atau passion dalam hidup. Kata sebagian manusia, menggapai cita – cita adalah bagian terbaik dalam hidupnya, sesuatu yang akan terus terekam dalam memori mereka dan tidak ingin pula mereka lupakan. Kesan pertama yang baik, memberikan harapan yang tinggi pula pada manusia. namun, pada saat itu banyak sekali manusia yang tidak menyadari bahwa akan ada sesuatu yang menguji kekuatan mereka dan seberapa besar kecintaan mereka terhadap cita – cita yang telah mereka raih sendiri. Detik terus berdentang, sampai pada suatu titik di mana manusia telah melewati fase bulan madu dari pencapaiannya. Fase ujian yang sesungguhnya pun datang. Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan harapan, kenyataan yang tidak berjalan dengan idealisme, pertemuan dengan musuh dan teman yang mengkhianati diri, kegagalan dalam satu atau beberapa pekerjaan, dan hal – hal lainnya yang mengecewakan. Sebagian manusia menyikapi keadaan yang buruk (jika tidak menjadi yang terburuk) dalam pencapaian mereka dengan berbagai reaksi : Ada yang berputus asa dan memutuskan untuk menghentikan usahanya, ada yang melarikan diri dengan melangkah menuju kepada hal lain yang tidak berhubungan dengan cita – citanya, ada yang mengasingkan diri sejenak untuk mencari tahu apa yang salah dari lingkungan mereka atau diri mereka sendiri terhadap kejatuhannya, dan ada yang mencoba berusaha tidak menyerah secara frontal walau sedang terjatuh. Apapun sikap manusia ketika menghadapi keadaan tersulit dalam suatu usaha mencapai cita – citanya, kuncinya ada pada dia sendiri yang sudah Tuhan berikan. Ia bisa memilih untuk tetap menjadi seperti yang dulu dan tidak ada perubahan sama sekali, atau berbalik menjadi sosok yang sama sekali berbeda dengan dirinya yang dulu, atau hanya mengubah sebagian dari dirinya dengan menjadi sosok yang lebih kuat daripada sebelumnya. Pilihan sikap yang terakhir adalah pilihan yang pada umumnya enggan diambil manusia, dan kenyataannya menjadi pilihan yang paling sulit untuk dilalui. Itu membutuhkan penerimaan, keikhlasan, pengorbanan, yang merusak kenyamanan diri seseorang. Ada sesuatu yang biasanya melekat pada diri kita namun pada saat itu harus dilepaskan agar manusia terbangun dari kejatuhannya dan kembali menanjak menggapai cita – citanya. Dalam pilihan tersebut, biasanya manusia akan tersadar bahwa kekecewaan dan kesedihan yang diperolehnya di titik nadir adalah bagian dari usahanya sendiri, yang menguji kesungguhannya menggapai cita – cita yang lebih besar lagi. Mau melangkah menuju cita – cita yang lebih besar, tetap berpuas diri dengan keadaan yang sekarang, atau justru membiarkan diri jatuh ke titik nadir, itu adalah pilihan yang Tuhan berikan untuk takdir manusia sendiri. Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |