|
Ada suatu masa di saat kita belum memiliki apa – apa. Jangankan untuk menggpai impian tertinggi, untuk sekedar memenuhi kebutuhan perut hari besok pun kita masih berpikir apa yang akan kita makan besok. Masa – masa sulit itu, mungkin bagi sebagian orang sudah terlewati dan kini mereka sedang menikmati kemapanan hidup yang yang dulu cuma sekedar mimpi di siang hari. Bagi sebagian orang yang memahami arti bersyukur, kemapanan menjadi sesuatu yang berarti bagi mereka dan mereka menikmatinya tanpa merasa kakinya sudah terbang dari pijak bumi. Namun bagi sebagian manusia yang lain lagi, kemapanan dan tercapainya impian yang tidak habis – habisnya untuk dieksplorasi dan dicapai, membuat rasa mensyukuri kembali apa yang sudah dimiliki itu menjadi sirna entah ke mana dalam benaknya. Manusia itu, cepat sekali melupakan segala sesuatu yang sudah mereka peroleh sendiri, sekalipun pada proses perjuangannya manusia berkata bahwa ia akan sangat mensyukuri hasil jerih payahnya kemudian pada hari dia masih memperoleh apa yang didambakannya. Naluri manusia yang selalu ingin memperoleh sesuatu lebih baik, lebih banyak, dan lebih besar dari manusia lain membuat manusia mudah melupakan karunia yang sudah Tuhan berikan di hari kemarin. Manusia akan terus begitu, sampai pada suatu titik Tuhan memberikan ujian kepadanya berupa kejadian yang membuat manusia itu kehilangan semua hasil usahanya hari kemarin, membuatnya berada pada titik seakan kembali pada keadaan belum memiliki apa – apa seperti dulu. Akan tetapi, haruskah semua manusia diberikan musibah atau bencana agar ia kembali memahami arti mensyukuri perjuangan dan hasil – hasilnya itu? Sesungguhnya manusia tidak perlu dibawa pada keadaan seekstrim itu agar mendapatkan kembali rasa syukur dan tetap berjuang memperoleh mimpi yang lebih tinggi tanpa melupakan apa yang sudah ia peroleh di hari kemarin. Mungkin kita cukup untuk menenangkan diri sejenak dari keriuhan tempat dimana kita bekerja dan berkumpul dengan manusia yang lain, membayangkan diri kembali pada keadaan kita yang dulu, saat kita belum memiliki apa yang sedang kita miliki saat ini. Itu saja. Categories
0 Comments
Satu tahun berlalu setelah membuat keputusan yang tampak kecil dan kurang berarti apa – apa, namun memberikan efek yang berarti bagi hidup : Menonaktifkan media sosial yang berfungsi memamerkan eksistensi diri dan kepemilikan diri kepada dunia. Sebuah langkah yang tidak lazim dilakukan di era media sosial seperti sekarang ini, tetapi itulah pilihan yang kuambil di saat itu. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |