|
Puluhan tahun hidup telah kujalani, dan di saat ini, ketika aku perlahan meninggalkan masa mudaku lagi menjadi seseorang yang (sudah seharusnya) mencapai kedewasaan yang sesungguhnya. Ya, seharusnya begitu. Aku seharusnya hari ini sudah memenuhi ekspektasi banyak orang disekitarku dengan hidup mapan : Memiliki karir pekerjaan yang bagus, memiliki kendaraan dan rumah yang bisa dibanggakan, dan tentu saja yang paling diharapkan oleh mereka, berkeluarga. Aku memang sudah memiliki yang pertama dan sebagian dari yang kedua, namun untuk yang ketiga, sayang sekali sampai hari ini aku masih belum memilikinya. Kenapa, kenapa, adalah pertanyaan yang seringkali mereka ucapkan padaku, tanpa menyadari bahwa sesungguhnya aku pun tidak diam membiarkan keadaanku yang (masih) seorang diri. Mungkin karena mereka tidak memahami atau memang hanya menuntut idealisme mereka padaku. Respon diam yang kuberikan ketika pertanyaan tentang status pribadiku bukanlah sekedar respon kosong, tapi memberikan jawaban yang lugas atau terus terang tentang pandangan pribadi seringkali membuatku dianggap aneh atau egosentris, walaupun pada saat yang sama aku hanya mengatakan apa yang ada dalam diriku sendiri tanpa mencitrakan diri menjadi seperti yang mereka harapkan. Aku paham bahwa dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi dewasa bukan seperti kehidupan masa kanak – kanak yang segalanya serba cerah dan menyenangkan, banyak hal – hal yang membuat manusia sebaik apapun menjadi pragmatis dalam lingkaran sosialnya, untuk menjaga citra diri atau menjaga kepentingan dan keuntungan pribadinya. Terkadang, berkali – kali dihadapkan pada kondisi seperti ini membuatku merasa bersalah, tidak berdaya, dan menjadi seseorang yang gagal. Meskipun begitu, aku tetap kembali berjuang menemukan siapa yang layak berada di sisiku atau apapun misi yang kuemban dalam setiap pekerjaan dan amanat yang mereka berikan padaku. Jika aku berhenti berjuang, maka hidupku menjadi tidak ada bedanya dengan mati. Hidup dengan perasaan mati adalah hidup yang sia – sia dan tidak akan membuat keberadaanku dihargai dan diingat oleh siapapun. Tapi satu hal yang aku pahami dan aku yakini adalah, bahwa perjuanganku mencari seseorang yang terbaik untuk menemani hidupku tidaklah berhenti, ini masih berproses dan aku percaya pasti aku akan dipertemukan dengan yang terbaik untukku. Berusaha dan bekerja tidak perlu ditunjukkan, tidak perlu semua orang tahu apa yang kukerjakan apalagi memamerkan apabila aku berhasil dalam usahaku. Perjalananku memang belum selesai, tapi aku yakin dan percaya bahwa tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Aku tidak bisa terus menatap diri dengan ekspresi murung seakan – akan hendak berjalan tanpa arah dan tujuan. Aku sudah memiliki arah dan tujuanku sendiri. Bersama siapapun atau berjalan sendiri, aku akan terus berjalan dan berjuang menghadapi semua hal dalam rentang hidupku. Categories
0 Comments
Memasuki tahun baru, era baru, adalah hal yang sebenarnya sudah biasa dialami manusia, beberapa manusia memasuki era baru dengan cara yang sama seperti sebelumnya, namun sebagian manusia yang lain membuka kalender baru dengan membawa perubahan, bahwa ada sesuatu yang berbeda darinya dibandingkan tahun kemarin. Perubahan adalah sesuatu yang menarik, dan seharusnya pun seperti itu untuk semua manusia. Sayangnya, lebih banyak manusia melalui suatu perubahan di tahun dengan sikap negatif, bahwa perubahan yang harus dialami dan dirasakan hanya memberikan luka hati pada mereka. Perubahan status sosial, tempat kerja, lingkaran sosial atau pergaulan, kondisi ekonomi, kesehatan, atau apapun yang dapat berubah dalam siklus kehidupan manusia. Memang pada dasarnya manusia itu menyukai keamanan dan kenyamanan, apabila manusia sudah berhasil menemukan zona nyamannya sendiri, besar kemungkinan ia akan mau begitu saja meninggalkan zona nyaman tersebut. Untuk apa berpindah dari zona nyaman atau melakukan perubahan bila mereka sudah mendapatkan keamanan dan kenyamanan di kondisi tersebut, begitu yang terbersit dalam benak manusia. Padahal, perubahan sangat mungkin menjadi pintu untuk mencapai berkah yang lebih besar daripada apa yang manusia miliki saat ini, walaupun untuk mendapatkan berkah baru yang lebih besar itu manusia membutuhkan proses berjuang yang kadarnya setara dengan berkah apa yang akan mereka peroleh. Sayang sekali jika manusia selalu memandang perubahan adalah sesuatu yang sia – sia atau menjengkelkan. Manusia seringkali belum menyadari, bahwa apa yang mereka hari ini belum tentu yang terbaik untuk mereka. Di balik perubahan yang diisi dengan kesusahan, mungkin sesungguhnya Tuhan menyiapkan apa yang manusia butuhkan, bahkan apa yang paling manusia inginkan. Categories |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |