|
Manusia itu diciptakan oleh Tuhan untuk berpasang – pasangan, untuk menyukai sesuatu atau seseorang yang ia kenal dalam hidupnya, dengan apa yang mereka sebut sebagai “cinta” atau “kasih.” Naluri mencintai dalam diri manusia adalah hal yang wajar, dan tidak ada seorang manusia pun yang tidak memilikinya sekalipun mereka berusaha menyembunyikannya. Apakah engkau pernah merasakan cinta dalam hidup? Mungkin iya, mungkin juga belum, atau mungkin engkau tidak menyadarinya.
Rasa cinta, memang seperti minuman yang dicampur dengan gula dan diaduk hingga butir – butiran gula itu larut bersamanya, begitu manis di awal tegukan, hingga tetes terakhir. Begitu pun rasa cinta, mungkin akan datang saatnya perasaan itu habis dirasakan oleh dua manusia yang saling menumbuhkan rasa cintanya, tapi rasa manis itu mustahil akan terlupakan oleh manusia. Cinta bisa berakhir dengan kematian seseorang, ketidaksepahaman, intoleransi terhadap idealisme masing – masing, penyakit, kekecewaan, relasi antar keluarga, perbedaan suku ras dan agama, namun betatapun relasi yang dibangun dari perasaan mencintai, dia takkan pernah hilang dari manusia yang pernah merasakan dan mengalaminya. Cinta yang berkembang menjadi obsesi berkesudahan itu, akan memberikan goresan yang dalam pada dasar batin manusia. Cinta itu seperti goresan luka, walaupun ia bisa disembuhkan, ia akan tetap meninggalkan bekas pada manusia. Sebagian besar manusia mungkin memilih untuk menutupi perasaan luka itu dengan memulai menumbuhkan rasa cinta yang baru pada orang lain, dan sebagian manusia yang lain memilih untuk menunggu agar ia bisa melupakan goresan luka di dasar batinnya itu hingga ia cukup sanggup untuk memulai menumbuhkan cinta yang baru, dan ada sebagian kecil yang memilih untuk tidak melukai diri sendiri sekali lagi untuk selamanya. Pada dasarnya, manusia itu juga diciptakan untuk memahami cinta. Ada yang berusaha menemukannya, ada yang mendapatkannya namun tidak benar – benar menyadarinya, ada yang mencoba untuk berusaha tidak memahami walau nalar dan perasaannya tidak bisa mengesampingkan hal itu, dan ada yang tidak bisa benar – benar memahaminya meski ia memiliki cinta. Rasa cinta itu unik, ia ada karena untuk dipahami manusia, namun diawali, dijalani, dan diakhiri oleh manusia dengan cara – cara yang terkadang irasional. Rasa cinta selalu bisa membuat manusia yang paling rasional, idealis, terukur, dan kaku pun menjadi keluar dari kebiasaannya. Cinta bahkan mampu mengubah karakter dan membawa jalan hidup seorang manusia ke jalan yang baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cinta adalah material terbaik dari perjalanan hidup seorang manusia, karena cintalah yang mengembangkan kepekaan hati manusia pada sesamanya, mengembangkan kedewasaannya, meluruskan atau justru membelokkan arah hidup perjalanan manusia, dan jelas bahwa cintalah yang mempertemukan manusia dengan manusia lain yang ditakdirkan Tuhan menjadi pasangan hidupnya, tidak peduli akan berakhir seperti apa hubungan diantara mereka. Dan, dalam beberapa kasus yang dialami oleh beberapa manusia, yang terkatakan ataupun yang tidak terkatakan oleh banyak orang, ada di antara mereka yang pernah mengalami rasanya mencintai seseorang yang mereka kasihi, dan berakhir dengan tidak sesuai impian mereka. Cinta yang berakhir dengan menyisakan goresan luka di dasar hati yang terdalam, kurang lebih kita menyebutnya seperti itu, namun cinta itu tidak membuat manusia berpindah ke lain hati selain dia yang dikasihinya dan telah terlanjur menggoreskan luka di hatinya. Rasa cinta yang seperti itu bukanlah obsesi, ia sudah berkembang menjadi sebuah rasa loyalitas, cinta dengan kadar yang hanya bisa dibuat oleh manusia yang cukup tegar dan sabar melalui rumitnya alur perjalanan hidup seperti apapun dan memiliki rasa apresiasi yang tinggi pada sesuatu dan seseorang yang pernah ia miliki. Loyalitas yang tetap terjaga dalam hati seorang manusia meski cinta telah hilang pada dirinya, adalah sesuatu yang langka ditemukan pada zaman seperti sekarang ini, dimana segala sesuatu bisa diperoleh manusia dengan instan dan mudah untuk dicari lagi apabila yang sudah dimilikinya hilang. Pertanyaannya, ketika cinta hadir pada diri kita, sanggupkah manusia mengembangkannya menjadi loyalitas?
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |