|
Ada banyak tempat bagi orang-orang untuk berkumpul duduk bersama di satu meja melakukan komunikasi untuk berbagai tujuan, dari sekolah sampai perkantoran, dan coffee shop juga salah satu tempat bagi banyak orang berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Aku sebagai penikmat kopi, mengunjungi coffee shop sudah menjadi salah satu hobiku, coffee hopping is my biggest interest. Dari sebuah coffee shop, aku biasa mengerjakan banyak hal : Mencoba kopi dari berbagai rasa dan biji kopi (yang setiap coffee shop memiliki supplier biji kopi berbeda dan cara meracik kopi dari barista yang berbeda pula), membaca buku - buku yang baru aku beli dari book store, membawa laptop untuk blogging (menulis) seperti yang sedang kamu baca tulisanku disini, melakukan video call dengan atasan dan rekan kerja di kantorku untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pekerjaan secara jarak jauh, dan bertemu dengan satu orang istimewa bagiku atau beberapa dan banyak orang yang kukenal dalam lingkar pertemanan kantor dan keluargaku. Pada hakikatnya, coffee shop adalah sebuah tempat komunal, yang mempertemukan masyarakat dari berbagai kalangan tanpa melihat jenis kelamin, usia, agama, asal daerah dan negara, suku dan ras, pekerjaan, jabatan, kesukaan pribadi, pandangan ideologi, dan strata sosial. Semua bisa berkumpul di coffee shop, bukan hanya untuk sekedar menikmati nikmatnya secangkir kopi tapi untuk saling berbagi tentang apa yang menjadi needs and interest antar sesama manusia. Yah, meski tidak semua pertemuan yang ada coffee shop selalu menjadi sesuatu yang baik, terkadang ada suatu kejadian di mana coffee shop justru menjadi tempat bagi hal - hal yang menyenangkan bagi banyak orang (perpisahan teman, ketidaksepakatan bisnis, perceraian, konflik keluarga yang tidak mencapai titik temu perdamaian, reuni yang gagal dan lain sebagainya), tapi sepanjang aku datang ke coffee shop dan menyaksikan pengalaman berbagai banyak orang, momen - momen yang positif untuk manusia itu lebih banyak : Pertemuan pertama, kesepakatan bisnis, reuni keluarga, rujuk dan perdamaian antar pasangan dan keluarga, penciptaan karya baru, lahirnya sebuah atau beberapa inovasi yang berguna untuk masyarakat, sampai pertunangan antar kekasih, dan lain sebagainya). Apa yang terjadi di coffee shop, siapa - siapa yang berada di coffee shop dengan berbagai ceritanya masing - masing, dan bagaimana sebuah kejadian di coffee shop menjadi sebuah cerita, adalah hal - hal kecil yang sebetulnya sayang untuk dilewatkan. Aku bukan menceritakan tentang isu atau gosip orang lain yang kusaksikan sepanjang aku beredar dari satu coffee shop ke coffee shop yang lain, tapi ini tentang bagaimana sebuah coffee shop menjadi tempat yang mewadahi manusia dengan lika - liku kehidupannya yang unik antara satu orang dengan orang yang lain. Di coffee shop, aku melihat dan mendengar sepasang pria dan wanita yang sedang berbicara satu sama lain, dengan berbagai ekspresi dan gestur yang menggambarkan tentang apa yang mereka bicarakan. Beberapa diantaranya adalah pertemuan pertama diantara mereka, sebagian yang lainnya adalah pertemuan yang kesekian kalinya diantara mereka, dan sebagian yang lain justru menjadi pertemuan terakhir diantara mereka. Dimulainya sebuah hubungan cinta, proses berlangsungnya hubungan cinta, dan terputusnya hubungan cinta, hampir setiap hari terjadi di berbagai coffee shop. Coffee shop adalah saksi bisu kisah cinta antar manusia. Tren remote working yang muncul pasca Covid - 19 turut memunculkan tren work from anywhere (bekerja dari mana saja), yang memberikan kebebasan kepada pekerja korporat untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabnya melalui laptop dan/atau gadget-nya sendiri tanpa harus hadir secara fisik di kantor, dan coffee shop bersaing dengan co-working space sebagai arena kerja korporat yang baru, tapi co-working space manapun tetap memiliki elemen coffee shop di dalamnya : Mesin penggiling kopi dan cangkir untuk penyajian kopi bagi siapapun yang bekerja di co-working space itu. Jadi, coffee shop kembali menjadi tempat terbaik untuk remote working baik bagi kaum introvert yang mendambakan kerja mandiri tanpa pendampingan dari rekan dan atasan, maupun bagi kaum ekstrovert yang membutuhkan kebersamaan dan kontak langsung dengan komunitasnya di satu tempat. Pertemuan keluarga jarang terjadi dalam coffee shop dibandingkan di restoran keluarga yang bisa menyediakan akomodasi meja dan kursi makan ala gala dinner. Rata - rata coffee shop tidak memiliki layout dan jumlah meja serta kursi yang didesain untuk pertemuan besar, tapi tidak berarti coffee shop tabu untuk menjadi tempat pertemuan keluarga, paling tidak untuk sebuah keluarga kecil. Coffee shop dapat mempertemukan satu keluarga kecil untuk menjadi tempat mereka berkomunikasi menyampaikan perasaan, minat, dan kesan antar anggota keluarga. Yang terlihat di coffee shop, ada sepasang Ibu dan anak, Ayah dan anak, suami - istri, satu keluarga kecil, dan beberapa anggota dari keluarga besar yang mengisi coffee shop itu dengan tawa, keramahan, rindu, keceriaan, meski terkadang ada juga pertemuan keluarga yang mengisi coffee shop dengan tangis, amarah, dan kekecewaan. Coffee shop, seperti halnya latar belakang film atau panggung drama, dapat menciptakan kisah tentang manusia. Dari secangkir kopi, aku biasa menyaksikan dinamika kehidupan manusia yang biasa terlihat oleh pengunjung coffee shop lain, namun mereka tidak menyadarinya. Apabila garis takdir mempertemukan kita, sampai jumpa di suatu coffee shop entah kapan dan dimana, bersamaku. Categories
0 Comments
Leave a Reply. |
Aditya RenaldiKolom tempat saya bercerita, mendongeng, berbagi. Tempat kita saling mengenal dan berkomunikasi. Archives
January 2025
Categories |